Ini Solusi Mitigasi Untuk Wilayah Rawan Gempa

13 Jul 2022 Pendidikan
Ini Solusi Mitigasi Untuk Wilayah Rawan Gempa

Keterangan Gambar : Pelaksanaan Kegiatan Monitoring Microseismic of Hydraulic Fracturing oleh Dosen dan Mahasiswa Program Studi Teknik Geofisika Universitas Pertamina (UPER), 2021. *(foto: Dok UPER).


Dikutip dari akun resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Selasa (12/7/2022) pukul 09.52 WIB, telah terjadi  gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,1 di Tanggamus, Lampung.  

Dalam pernyataan kepada media, Jumat (10/6/2022) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengatakan bahwa Lampung merupakan daerah yang rawan akan dua bencana alam dominan, yaitu tsunami dan gempa bumi. Karenanya mitigasi bencana menjadi salah satu program prioritas pemerintah.

Menyikapi hal itu, tiga mahasiswa Program Studi Teknik Geofisika Universitas Pertamina (UPER) memberi alternatif solusi guna memperkirakan potensi kerusakan suatu wilayah akibat gempa. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Ajifandi Iman Arif Nugraha, Muhammad Yahya Muflih Abad, dan Fachri Naya.

Dikatakan Ajifandi,  tim menggunakan metode Inversi Kedalaman Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Metode ini bekerja dengan cara merekam gelombang seismik, termasuk Gelombang S di bawah permukaan.

"Metode ini bermanfaat memberi informasi tingkat kerentanan suatu wilayah akibat gempa. Juga bisa digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pondasi bangunan. Misalnya di wilayah yang jenis tanahnya lunak, dalam membuat pondasi bangunan setidaknya harus dibuat lebih dalam di lapisan tanah yang lebih keras," ungkap Ajifandi dalam wawancara daring, Selasa (12/07/2022).

“Penelitian terhadap potensi kerusakan tersebut, dipetakan berdasarkan karakteristik tanah dengan melihat kondisi bawah permukaan bumi. Tim memanfaatkan data seismograf dari lima stasiun temporer milik Komite Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG yang terpasang di Provinsi Lampung,” jelasnya.

Solusi Ajifandi cs ini berhasil meraih Juara I pada Kompetisi Poster dan Paper ‘Advancing Indonesia’s Energy with Geophysics (AEIG)’ yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Ajifandi dan tim menunjukkan bahwa jenis tanah yang terdapat di empat stasiun penelitian termasuk ke dalam jenis tanah sedang dengan potensi kerusakan yang tidak terlalu tinggi. Namun, terdapat satu stasiun yang termasuk ke dalam jenis tanah lunak dengan potensi kerusakan yang cukup tinggi.

“Secara geografis, Lampung terletak di wilayah tektonik yang cukup aktif. Sehingga, sangat wajar jika di beberapa wilayah terdapat tingkat potensi kerusakan yang cukup tinggi” tutur Ajifandi.

Pakar seismologi sekaligus dosen pembimbing penelitian, Sandy Kurniawan Suhardja, Ph.D, menyatakan, idealnya mitigasi bencana tidak hanya dilakukan di level akademik melalui penelitian terhadap pemetaan maupun penanggulangan bencana.

“Kerja sama antar institusi mulai dari pemerintah, organisasi swasta, hingga keterlibatan masyarakat juga perlu terus digalakan. Guna membangun kesadaran pentingnya meminimalisir dampak bencana. Dalam penelitian yang dilakukan Ajifandi dan tim misalnya, kami juga bekerja sama dengan pihak Komite Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG untuk penyediaan data yang akurat dan mutakhir,” pungkasnya.

Bagi siswa-siswi yang tertarik bekerja di bidang kebumian dapat bergabung di Program Studi Teknik Geofisika Universitas Pertamina (UPER). Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) dan UTBK periode Juli untuk Tahun Akademik 2022/2023.   ***JR/Won.

 

Editor: Sarwono




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment