- Satukan Perjuangan Pekerja BUMN, FSPPB Gelar FGD dengan Forkom SP BUMN
- Presiden Jokowi Gagal Mempercepat Perpanjang IUPK PT Freeport, Bahlil Ngawur
- MG VS HEV Gebrak Pasar, Mobil SUV Hybrid Pertama Ini Dibanderol Rp 389 Juta
- Hotel Mercure Jakarta Sabang Gelar Buka Puasa Bersama & Bagikan Santunan
- AEON Mall Terbesar Di Asia Tenggara Resmi Dibuka, Berikan Promo & Hiburan Menarik
- Bank DKI Turut Serta Program SERAMBI BI 2024, Sediakan Layanan Penukaran Uang Baru
- Nikmati Bukber Khas Nusantara di Mercure Tangerang BSD City Hanya 288 Ribu
- Indonesia Rawan Bencana, Perhatikan Ini Sebelum Bikin Bangunan
- BAZNAS, Bango & Royco Bagikan 50.000 Paket Buka Puasa Gratis di 24 Kota di Indonesia
- Swiss-Belhotel International, BHMS & Perissos Group Jalin Kerjasama Pendidikan Bidang Perhotelan
Vaksin Astrazeneca Mengandung Babi, Haram tapi Boleh Digunakan? Ini Pejelasannya
Sejak hadirnya ke Indonesia, vaksin Covid-19 dari produk AstraZeneca menuai banyak masalah.. Terbaru, vaksin ini menimbulkan polemik di kalangan publik karena disebut mengandung tripsin babi.
Lalu apakah vaksin AstraZeneca diperbolehkan atau tidak, apakah haram ataukah tetap boleh digunakan? ini masih menjadi pertanyaan umat.
Al Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK menjelaskan beberapa hal terkait Vaksin Astrazeneca tersebut.
Dalam akun Instagramnya dikutip pada Senin (22/3/2021), disebutkan Petugas Lab Covid-19, PJ Plasma Konvalesen & Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta ini bahwa Vaksin astrazeneca memang menggunakan tripsin babi yang berfungsi sebagai katalisator.
Nah berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Vaksin astrazeneca menggunakan tripsin babi yang berfungsi sebagai katalisator. Prinsip katalisator itu “bersinggungan” lalu dibersihkan dan tidak ada pada hasil akhir, sehingga vaksin astrazeneca tidak mengandung babi. Pada label vaksin ada dua tulisan keterangan, yaitu
Pertama: “Bersinggungan dengan bahan dari babi (ini maksudnya enzim katalisator)
Kedua: “Mengandung babi” (misalnya menggunakan gelatin dari babi)
Dua keterangan ini perlu dibedakan dan sebagian media sering salah memberitakan.
2. Mayoritas dewan fatwa dunia dan internasional berfatwa bahwa vaksin dengan pronsip katalisator darj babi itu mubah karena sudah tidak ada lagi pada hasil akhir dengan menggunakan prinsip istihalah dan istihlak.
3. Vaksin Astrazeneca sudah dipakai oleh beberapa negara-negara Islam seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko. Tentu mereka punya ulama dan dewan fatwa masing-masing yang membahas halal-haram vaksin
4. Kita menghormati fatwa MUI yang menyatakan haram dan boleh digunakan karena darurat (kita harus bersyukur ada MUI yang banyak memberi pencerahan pada umat). Salah satu ajaran mazhab Syafi’iyyah yaitu: “Tidak ada penerapan istihalah pada babi” (atau bahasa lepasnya: Tidak ada ampun buat babi). Penggunaan enzim katalisator pada vaksin, meskipun sudah tidak menggandung babi lagi tetap saja haram, karena tidak berlaku istihalah pada babi
5. Ini sebagaimana pembahasan vaksin polio IPV dan vaksin MR dahulunya (sudah cukup banyak tulisan kami dan video kami membahas hal ini). Fatwa MUI untuk MR san polio IPV yang menggunakan enzim babi sebagai katalisator adalah haram dan boleh digunakan ketika darurat. Ini berbeda denfan fatwa mayoritas dewan fatwa dunia dan internasional dengan konsep istihalah dan istihlak vaksin ini mubah
Contohnya:
Fatwa lembaga Internasional: Fatwa Majma’ Fiqih Al-Islami, dengan judul
(بيان للتشجيع على التطعيم ضد شلل الأطفال)
“Penjelasan untuk MEMOTIVASI gerakan imunisasi memberantas penyakit Polio"
Lembaga ini nama resminya adalah Majma’ Al-Fiqihi Al-Islami di bawah naungan Rabithah Al-‘Alam Al-Islami atau Liga Muslim se-Dunia adalah organiisasi Islam Internasional terbesar yang berdiri di Makkah Al-Mukarramah pada 14 Zulhijjah 1381 H/Mei 1962 M oleh 22 Negara Islam.
6. Kita hendaknya saling menghormati pendapat dalam hal ini hanya saja ada satu kesamaan dari perbedaan fatwa, yaitu sama-sama menekankan pentingnya vaksin sebagai bentuk ikhtiyar dan tawakkal menghadapi wabah
7. Ahli kesehatan mengatakan vaksin aman dan bermanfaat, ulama dan MUI juga mengatakan aman dan bermanfaat (bahkan sampai membolehkan yang haram karena darurat). Nah kalau ahli kesehatan dan ulama mengatakan vaksin aman dan bermanfaat, hendaknya yang bukan ahli agama dan kesehatan tidak menyebarkan info valid alias hoax tanpa ilmu bahwa vaksin itu berbahaya, mengandung bahan bahaya, konspirasi yahudi, amerika dan komunis mengancurkan Islam dll
8. Kita patur bersyukur bahwa vaksin Covid- 19 utama kita yang mayoritas dipakai di Indonesia adalah Sinovac yang tidak menggunakan enzim babi dan telah keluar fatwa halal dari MUI.
9. Selebihnya silahkan baca tulisan dan menyaksikan video kami sebelumnya tentang vaksin, apa itu katalisator, istihalah, istihlak dan lain-lain serta dapatkan informasi yang valid tentang vaksin dari ahlinya. ***Jr/Won/Oke Muslim.