
- Pertamina Pastikan BBM dan LPG di Area Terdampak Banjir Kalsel Terpenuhi
- Peduli Bencana Longsor Sumedang, Pertamina Berikan Bantuan LPG & BBM
- Satu Dasawarsa Pertamina Foundation Untuk Indonesia Lebih Baik
- SehatQ Layani Pemesanan Obat Secara Online, Nikmati Kemudahannya
- Kemeriahan Promo DFSK di Awal 2021, Dapatkan Bonus & DP Ringan
- UC Browser Umumkan Laporan Tren Tahunan 2020
- Kepala BPH Migas Kecewa, Digitalisasi SPBU Pertamina Telkom Senilai Rp 3,6 Triliun Tak Capai Target
- The Face Shop Indonesia Resmi Buka Flagship Store Pertamanya
- Yusri Usman: Tak Capai Lifting 2021, Pimpinan SKK Migas Harus Berani Lepas Jabatan
- Sinergi Pertamina Lubricants & Universitas Pertamina Kuatkan Riset Inovasi Industri
Indonesia Care Kecam Kekerasan dalam Unjuk Rasa Tolak UU Omnibus Law

Sejumlah pihak mengalami luka dalam aksi unjuk rasa penolakan UU Omnibus Law pada 6,7,8 Oktober 2020. Baik dari unsur mahasiswa, pelajar, buruh, jurnalis hingga aparat.
“Dalam aksi selama beberapa hari kemarin telah terjadi tragedi kemanusiaan berdarah yang meluas di sejumlah daerah. Kekerasan dialami semua pihak yang terlibat. Bahkan intimidasi kepada pekerja kemanusiaan seperti paramedis juga dialami,” tandas Direktur Eksekutif Indonesia CARE, Lukman Azis dalam siaran pers yang diterima redaksi, Sabtu (10/10/2020).
Lebih lanjut, mantan Jurnalis tersebut, lembaganya mengecam kekerasan yang terjadi baik yang dilakukan oknum aparat maupun oknum pengunjuk rasa.
“Kami mendesak pemerintah membentuk tim investigasi kemanusiaan untuk mengungkap kekerasan yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Tim investigasi independen baik dari LBH, aparat penegak hukum, jurnalis-jurnalis investigasi, akademisi seperti dari psikologi atau kriminologi,” tutur Lukman.
Sebagai pemerhati kemanusiaan, lanjut Lukman dirinya melihat adanya sikap abai dari penguasa untuk secara serius melihat akar masalah dari peristiwa tersebut.
“Penyelesaian hanya dilakukan parsial pada pelaku perusakan atau peserta aksi yang anarkis saja. Sedangkan penyebab mendasarnya di sehingga peristiwa terjadi tak disidik. Termasuk dalang atau aktor intelektual yang berada dibelakang bentrokan aparat dan peserta unjuk rasa,” terangnya.
Dalam kesempatan ini, dirinya juga mengajak semua lembaga kemanusiaan untuk peduli pada korban-korban kekerasan yang ada.
“Aksi sudah selesai bukan berarti penderitaan mereka selesai juga. Beberapa masih di rumah sakit, ada yang masih terluka parah. Yuk kita sama-sama peduli. Tak peduli dari kubu mana, yang penting mereka korban penganiayaan. Ada krisis kemanusiaan disini,” pungkas aktivis kemanusiaan tersebut. *JR/Won.
Editor: Sarwono,
