Tiada Amalan Khusus Malam Nisfu Syaban, Ini Penjelasan Hadis Shahih

28 Mar 2021 Al-Islam
Tiada Amalan Khusus Malam Nisfu Syaban, Ini Penjelasan Hadis Shahih

Bulan Sya'ban menjadi bulan latihan sebelum umat Muslim menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. 

Apalagi, pada bulan syaban ini memiliki keutamaan memperbanyak amalan puasa sunnah. Pada bulan inilah umat Islam menyiapkan bekal untuk menyambut Ramadhan.

Salah satu keistimewaan bulan ini adalah Nisfu Sya'ban. Nisfu artinya pertengahan sehingga Nisfu Sya'ban berarti pertengahan bulan Sya'ban.

Malam tersebut disebut juga dengan malam pembebasan (Lailatul Bara’ah).

Nisfu Sya’ban jatuh pada tanggal ke-15 sebelum bulan suci Ramadhan. Tahun ini, Nisfu Sya'ban bertepatan dengan hari Senin (29/3/21).

Namun Benarkah, di malam nisfu syaban tersebut kita harus melakukan amalan-amalan tertentu agar memperoleh keutamaannya??

Terkait keutamaan nisfu Sya’ban, tentunya kita perlu menilik Alquran dan Hadis terlebih dahulu. 

Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan keterangan tentang nisfu Sya’ban. 

Namun, tidak semuanya shahih. Ada yang dhaif, bahkan ada yang palsu. Hadis-hadis inilah yang kerap dijadikan pedoman dalam menghidupkan malam nisfu Sya’ban tersebut.

Berikut ini beberapa hadis tersebut:

Sesungguhnya Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (pada) bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau (banyak berpuasa -ed) dalam suatu bulan kecuali bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada kebanyakan hari di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari: 1868 dan HR. Muslim: 782)

Dalam hadits yang lain, Usamah bin Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam beberapa bulan seperti puasamu di bulan Sya’ban. Beliau menjawab, ‘Itu adalah satu bulan yang manusia lalai darinya. (Bulan itu adalah) bulan antara Rajab dan Ramadan, dan pada bulan itu amalan-amalan manusia diangkat kepada Rabbul ‘alamin, maka aku ingin supaya amalanku diangkat pada saat aku berpuasa.’ ” (HR. an-Nasa’i: 1/322, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil: 4/103)

Adapun pengkhususan hari-hari tertentu pada bulan Sya’ban untuk berpuasa atau qiyamul lail, seperti pada malam Nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya lemah bahkan palsu. 

Di antaranya adalah hadits:

“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia. Adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)

Hadits tersebut dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits ini adalah hadits maudhu’/palsu, karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah tertuduh berdusta, sebagaimana dalam Taqrib milik al-Hafidz. 

Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkata tentangnya, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”

Maka dari sini kita ketahui bahwa hadits tentang fadhilah (keutamaan) menghidupkan malam Nisfu Syaban dan berpuasa di siang harinya tidaklah sah dan tidak bisa dijadikan hujjah (argumentasi). ***Jr/Sr.

Editor: Sarwono.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment